PUISI HIDUP
PEMBUAT JEMBATAN
Sesosok orang renta menyusuri jalan sepi.
Menjelang malam dingin dan kelabu.
Mendekati sebuah jurang besar, lebar, dan dalam.
Di bawah, air pasang mengalir kencang.
Lelaki tua itu menyeberang dalam cahaya temaram.
Arus bergolak tak membuatnya gentar.
Tetatpi begitu tiba di seberang ia berbalik.
Lalu dipasangnya jembatan untuk menyeberang.
“Orang tua,” kata seseorang di dekatnya.
Engkau membuang tenaga dengan membangun di sini.
Perjalananmu'kan berakhir di penghujung hari.
Engkau takkan pernah lewat sini lagi.
Engksu tlah memintas jurang lebar dan dalam itu.
Buat apa membangun jembatan dari ujung sini.
Pembangunan jembatan itu mengangkat kepalanya yang kelabu.
Teman di jalan yang baru kulalui, kutanya.
Ada yang mengikuti aku.
Seorang yang lebih muda harus melewatinya.
Arus bergolak mungkin sepele bagiku.
Tapi bagi orang muda mungkin jurang yang mematikan;
Ia juga harus menyeberang dalam cahaya temaram.
Teman, aku membangun jembatan baginya.
“KETABAHAN”
KETIKA SELURUH DUNIA SEMAKIN SURAM
DAN SEMUA TAMPAK TIDAK BEGITU JELAS
KETIKA BAYANG-BAYANG TAMPAK MULAI MENGGANTUNG
TUHAN, TABAHKANLAH AKU.
KETIKA SEGALANYA TELAH DICOBA
DAN KELIHATANNYA TIDAK ADA JALAN, BUATLAH AKU TETAP INGAT
KADANG KADANG PERJALANAN MEMANG LAMBAT.
AKU MUNGKIN HANYA PERLU BERHENTI DAN BERISTIRAHAT
SEPANJANG LINTASAN YANG KUTEMPUH,
SAATNYA UNTUK MENCOBA MENGERTI
DAN BERBINCANG-BINCANG DENGAN TUHAN.
SETELAH KUDAPAT KEKUATAN BARU UNTUK LANJUT
TANPA RAGU ATAU TAKUT,
BAGAIMANAPUN AKU TAHU MASALAH AKAN BERES,MAKA, TABAHKANLAH AKU
HIDUP
Seberapa jauh perjalanan Anda dalam mengarungi hidup bergantung pada kelembutan Anda pada kaum muda, hormat dan kasih kepada kaum tua, sikap simpati kepada kelaparan, dan toleransi baik kepada yang lemah maupun yang kuat. Karena pada suatu hari dalam hidup, Anda akan mengalami semua ini.
APA YANG KUTAKUTKAN?
Aku biasa hidup dalam ketakutan yang senantiasa menghantui,takut kehilangan semua yang kumiliki, atau takut tidak akan pernah memiliki semua yang kuharap dapat kucapai.
Bagaiman kalau rambutku rontok?
Bagaimana kalau aku tidak pernah mempunyai rumah?
Bagaiman kalau aku kehilangan pekerjaan?
Bagaimana kalau aku sakit, cacat dan stress?
Bagaimana kalau sudah tua, jompo ataupun tidak mempunyai segalanya?
Hidup mengajarkan kepada mereka yang mendengar, melihat dan melaksanakan.
Apapun yang tidak kita ketahui atau yang datang senantiasa tidak kuatir.
Semua itu tidak akan membuat kebahagiaan.
Hanya Tuhan yang kekal abadi tidak ada yang kita takutkan bila Dia melindungi kita. Kita hanya bedoa padaNya segalanya tersedia.
Maka tiba saatnya bagiku untuk merenung jika ajal datang aku tetap setia dan siap menghadap Juru SelamatKu, Apapun tak akan kutakutkan.
KATAKU KEPADAKU
Aku banyak bicara kpd diri sendiri belakangan ini.
Tentang apa pun yang kuperbuat.
Kutemukan bahwa aku sering sangat butuh.
Pembicaraan yang serius.
Tarik pundakmu ke belakang kataku kepadaku
sambil beranjak ke ruang tengah.
Pundak kuregakkan, langkah kutegapkan;
Ah, semoga aku tidak jatuh.
Kukatakan kepadaku, begitu aku bangun,
Dan ketika nyeri sungguh menyiksa,
Ingat, banyak yg menderita lebih dari ini.
lebih daripada yg pernah kualami.
Betapa sungguh menjengkelkan
Karena tak paham yg mereka katakan.
Dan aku curiga Bahwa aku dijawab sekenanya.
Maka kuingatkan diriku
Jawaban sekenanya bukan hal baru
Terkadang akupun begitu
Menjawab seenak perutku.
Belakangan ini aku butuh kaca pembesarku.
Maka kataku kepadaku
Bersyukurlah masih bisa membaca
Banyak yg melihat pun sudah tidak bisa.
Kukatakan kepadaku aku hrs olahraga
Walapun kulebih suka duduk dan membaca
Tapi kalau aku ingin tetap kuat
Yang tlah kukatakan harus kuturut.
Aku masih dapat berjalan, melihat, dan mendengar
Meski tidak lagi seperti sebelumnya.
Kupikir ini sungguh membantu
Saat aku bicara dengan aku.
Sesosok orang renta menyusuri jalan sepi.
Menjelang malam dingin dan kelabu.
Mendekati sebuah jurang besar, lebar, dan dalam.
Di bawah, air pasang mengalir kencang.
Lelaki tua itu menyeberang dalam cahaya temaram.
Arus bergolak tak membuatnya gentar.
Tetatpi begitu tiba di seberang ia berbalik.
Lalu dipasangnya jembatan untuk menyeberang.
“Orang tua,” kata seseorang di dekatnya.
Engkau membuang tenaga dengan membangun di sini.
Perjalananmu'kan berakhir di penghujung hari.
Engkau takkan pernah lewat sini lagi.
Engksu tlah memintas jurang lebar dan dalam itu.
Buat apa membangun jembatan dari ujung sini.
Pembangunan jembatan itu mengangkat kepalanya yang kelabu.
Teman di jalan yang baru kulalui, kutanya.
Ada yang mengikuti aku.
Seorang yang lebih muda harus melewatinya.
Arus bergolak mungkin sepele bagiku.
Tapi bagi orang muda mungkin jurang yang mematikan;
Ia juga harus menyeberang dalam cahaya temaram.
Teman, aku membangun jembatan baginya.
“KETABAHAN”
KETIKA SELURUH DUNIA SEMAKIN SURAM
DAN SEMUA TAMPAK TIDAK BEGITU JELAS
KETIKA BAYANG-BAYANG TAMPAK MULAI MENGGANTUNG
TUHAN, TABAHKANLAH AKU.
KETIKA SEGALANYA TELAH DICOBA
DAN KELIHATANNYA TIDAK ADA JALAN, BUATLAH AKU TETAP INGAT
KADANG KADANG PERJALANAN MEMANG LAMBAT.
AKU MUNGKIN HANYA PERLU BERHENTI DAN BERISTIRAHAT
SEPANJANG LINTASAN YANG KUTEMPUH,
SAATNYA UNTUK MENCOBA MENGERTI
DAN BERBINCANG-BINCANG DENGAN TUHAN.
SETELAH KUDAPAT KEKUATAN BARU UNTUK LANJUT
TANPA RAGU ATAU TAKUT,
BAGAIMANAPUN AKU TAHU MASALAH AKAN BERES,MAKA, TABAHKANLAH AKU
HIDUP
Seberapa jauh perjalanan Anda dalam mengarungi hidup bergantung pada kelembutan Anda pada kaum muda, hormat dan kasih kepada kaum tua, sikap simpati kepada kelaparan, dan toleransi baik kepada yang lemah maupun yang kuat. Karena pada suatu hari dalam hidup, Anda akan mengalami semua ini.
APA YANG KUTAKUTKAN?
Aku biasa hidup dalam ketakutan yang senantiasa menghantui,takut kehilangan semua yang kumiliki, atau takut tidak akan pernah memiliki semua yang kuharap dapat kucapai.
Bagaiman kalau rambutku rontok?
Bagaimana kalau aku tidak pernah mempunyai rumah?
Bagaiman kalau aku kehilangan pekerjaan?
Bagaimana kalau aku sakit, cacat dan stress?
Bagaimana kalau sudah tua, jompo ataupun tidak mempunyai segalanya?
Hidup mengajarkan kepada mereka yang mendengar, melihat dan melaksanakan.
Apapun yang tidak kita ketahui atau yang datang senantiasa tidak kuatir.
Semua itu tidak akan membuat kebahagiaan.
Hanya Tuhan yang kekal abadi tidak ada yang kita takutkan bila Dia melindungi kita. Kita hanya bedoa padaNya segalanya tersedia.
Maka tiba saatnya bagiku untuk merenung jika ajal datang aku tetap setia dan siap menghadap Juru SelamatKu, Apapun tak akan kutakutkan.
KATAKU KEPADAKU
Aku banyak bicara kpd diri sendiri belakangan ini.
Tentang apa pun yang kuperbuat.
Kutemukan bahwa aku sering sangat butuh.
Pembicaraan yang serius.
Tarik pundakmu ke belakang kataku kepadaku
sambil beranjak ke ruang tengah.
Pundak kuregakkan, langkah kutegapkan;
Ah, semoga aku tidak jatuh.
Kukatakan kepadaku, begitu aku bangun,
Dan ketika nyeri sungguh menyiksa,
Ingat, banyak yg menderita lebih dari ini.
lebih daripada yg pernah kualami.
Betapa sungguh menjengkelkan
Karena tak paham yg mereka katakan.
Dan aku curiga Bahwa aku dijawab sekenanya.
Maka kuingatkan diriku
Jawaban sekenanya bukan hal baru
Terkadang akupun begitu
Menjawab seenak perutku.
Belakangan ini aku butuh kaca pembesarku.
Maka kataku kepadaku
Bersyukurlah masih bisa membaca
Banyak yg melihat pun sudah tidak bisa.
Kukatakan kepadaku aku hrs olahraga
Walapun kulebih suka duduk dan membaca
Tapi kalau aku ingin tetap kuat
Yang tlah kukatakan harus kuturut.
Aku masih dapat berjalan, melihat, dan mendengar
Meski tidak lagi seperti sebelumnya.
Kupikir ini sungguh membantu
Saat aku bicara dengan aku.
Komentar